Buaya dan Burung |
Pada
suatu hari di dekat sungai Mahakam.Hiduplah sekelompok buaya yang sangat rukun
tapi ganas.Mereka sangat di takuti oleh kalangan binatang herbivore saat di
air.Karena sekali binatang herbivore turun ke air buaya akan langsung
memangsannya.Dari beberapa buaya yang lain ada yang paling terkesan dari saya
yaitu buaya yang bernama Rori.Dia ini berbeda dengan buaya yang lain,setiap
temennya mencari makan iya malah ke
daratan untuk berjemur.Dan di situlah ia di
datangi oleh seekor burung.Buaya dan Burung itu akhirnya bercakap - cakap.
Burung :”Hei buaya nama
kamu siapa?”
Rori :”Emangnya
kenapa kamu kok pengen tahu nama saya”.
Burung :”Ya sekedar
pengen tahu aja”.
Rori :”Kasih
tahu gak yaa…”(sambil meledek burung)
Burung :”Alach…tanya
nama aja gak boleh,kayak orang iyes aja kamu”.
Rori :”Lo jangan
sewot gitu dong,nama aku Rori”.
Burung :”Ow…Rori.Lo itu
bukanya makanan yang empuk itu to,yang biasanya ada coklatnya”.
Rori :”Itu
Roti…Roti…bur…rong…”
Burung :”Lo jangan
marah gitu,nanti cepet tua loch.kalau tua nanti siapa yang ngrawat kamu”.
Rori :”Ah…kamu
ini,jangan gitu toh.Masih muda & kekar ini dibilang tua.Malu dong sama para
gadis – gadis”.(sambil mulutnya melebar,kayak senapan laras panjang)
Burung :”Ya aku kan
Cuma bercanda,jangan dianggap serius gitu,lihat tuch temen kamu pada cari
makan,kamu sendiri malah enak – enakan jemur badan”.
Rori :”Biarin
aja,aku gak tertalu banyak suka makan daging”.
Burung :”Emangnya
kenapa Ror,bukanya buaya malah suka sama daging”.
Rori :”Iya
sich,emang dari sejak dulu nenek moyang saya suka makan daging.Soalnya daging
kolestrolnya tinggi sich.Jadi BB naik.malah terlihat gemuk”.
Burung :”Wach kamu ini
aneh Ror.Masih aja ngrusin BB,Emangnya kamu suka makan apa?”
Rori :”Aku sich
gak terlalu ribet,aku suka makan buah apel,soalnya malah lebih enak dari pada
daging”.
Burung :”Ow
pantesan,jadi yang makan buah apel milik pak slamet sampai habis kamu toh ror”.
Rori :”I…ya…(sambil
tertawa terbahak – bahak)
Burung :”Jadinya pak
slamet bingung tuch gara – gara buah apelnya habis semua”.
Rori :”Ya
sorry…soalnya perut aku bunyi terus sich,gak bisa di ajak kompromi”.
Burung :”Sorry…sono
minta maaf sama pak slamet,perut aja di urus tapi pikiran gak diurus.”
Rori :”Ya
dech…nti saya tak menemui pak slamet untuk minta maaf dech,La trus kamu kenapa
kok datang kemari.”
Burung :”Ya…cari makan
di lidah kamu lach”(Sambil berlagak merayu)
Rori :”Huch…modus
kamu ini,sama aja kayak Gue”.
Burung :”Biarin yang
penting bukan WEDUS.”
Kemudian Rori membuka mulutnya lebar – lebar,Agar Burung bisa makan sisa makanan Rori yang menempel di mulutnya.Setelah dibuka Sang Burung kaget.
Burung :”Saya lihat kok di mulutmu cuma ada sisa apel,dan buah – buah yang lainnya,dan parahnya mulutmu Bau banget…saya sepertinya mau pingsan gara – gara gak kuat Bau mulutmu yang sangat tajam,Berapa lama kamu gak gosok Gigi??”
Rori :”Soalnya
makan banyak buah,sampai gak kehitung jumlah buahnya!!!
Sorry saya gak gosok gigi selama 3
minggu,jadi baunya sangat tajam…hheee…”
Burung :”Pantesan…mulut
tu di jaga,jangan sampai nantinya gigi kamu copot semua,mau gak punya gigi & dipanggil TTO.”
Rori :”Apa tu
TTO,maksudnya Tampan To Opss..”
Burung :”Apanya yang
tampan,Rambut aja tidak punya.Maksudnya Tua Tua Ompong.Hhheee…”
Rori :”Eddzz…eddzzz,jangan
salah.Tua Tua gini mantan DPR loo…”
Burung :”Apa itu DPR.”
Rori :”Dewan
Pengeruk Rupiah.”
Burung :”Pantesan sepeda
saya saya naikin kok gak bisa jalan,ternyata kamu yang bawa.”
Rori :”Itu
namanya RUJI,bukan Rupiah”(Sambil nggregetan mendengar pembicaraan sang burung)
Burung :”Sorry saya kan
Cuma bercanda doing,jangan kamu anggap serius gitu dong,Ingat kata – kata pak
Haji.”
Rori :”Ow…ya..!!!
Burung :”Apa coba!!!”
Rori :”Gak
tahu…!!!(sambil bengong kayak orang linglung)
Burung :”Mulut aja kamu
panjangin,tapi otak kamu gak kamu urusin,maksudnya…eehhh….(sambil menatap ke
atas),lupa juga e saya kata – kata pak Haji.hhheeee…”
Rori :”Echhh…tu
namanya sama,sama – sama gak tahu.Kalau gak tau bilang aja gak tahu,jangan sok
pinter gitu.Ujung – ujungnya apa coba,gak tahu juga to.”
Burung :”Ya…dech.Sorry,Kan
saya cuma ingetin aja,Ech…lama – lama kamu ajak ngobrol kapan saya makannya.”
Rori :”Loch yang
ngajak omong kan situ duluan,kok jadi saya yang disalahkan.”
Setelah lama bercakap - cakapan antara Buaya dan Burung.Kemudian
tak lama kemudian sang burung memakan sisa – sisa makanan yang ada dimulut Rori.Dengan lahapnya,dan sampai gak sadar kalau rahang Rori tertutup
kembali,dan sang Burungpun akhirnya dimakan oleh Rori.dan Rori berkata“Tak ada
Rotan burungpun jadi santapan”.
Demikian kisah cerpen Buaya dan Burung yang bisa saya sajikan untuk
pembaca.Bila ada kata atau tulisan yang kurang berkenan,saya sebagai cerpenis
minta maaf.Dan tak lupa Kritik dan Saran dari temen – temen sangat saya
butuhkan demi berkembangnya cerpen ini.Ettzz..jangan berpaling dari blog ini
ya,karena akan masih banyak lagi cerpen yang lebih menarik dan lebih seru
lagi.Terima Kasih.
Cerpenis :
Dharma Eka A
Facebook : Dharma
Gedieed
Twitter : @darmaekaatyana
E-mail :
darmaekaatyana@gmail.com
No comments:
Post a Comment